Kalau Anda membayangkan sikap seorang hamba, apakah Anda
membayangkannya sebagai kegiatan yang hanya dilakukan oleh seseorang
yang memiliki keterampilan di tingkatan terbawah? Kalau jawaban Anda YA,
Anda keliru.
Sikap seorang hamba bukanlah soal posisi atau keterampilan. Itu adalah
soal sikap. Anda tentunya pernah bertemu dengan orang-orang yang
menempati posisi-posisi pelayanan yang memiliki sikap yang buruk;
pekerja yang kasar di aparat pemerintahan, pramusaji yang tidak mau
repot mencatat pesanan Anda, atau seorang penjaga toko yang lebih suka
sibuk berbicara di telepon daripada melayani pembeli.
Sama seperti yangbisa Anda rasakan ketika Anda melihat seorang pekerja
tidak mau membantu. Anda bisa dengan mudah mendeteksi apakah seseorang
mempunyai hati seorang hamba atau tidak. Dan sesungguhnya pemimpin terbaik itu berhasrat melayani sesamanya, bukan dirinya sendiri. Apakah artinya bersikap seperti layaknya hamba? Artinya adalah seorang pemimpin yang memiliki hati seorang hamba.
1. Mendahulukan sesamanya daripada agendanya sendiri
Tanda pertama dari sikap seorang hamba adalah kemampuan mendahulukan
sesama daripada dirinya dan hasrat-hasrat pribadinya sendiri. Ini lebih
dari sekadar menunda agenda pribadi. Itu berarti orang tersebut memang
benar-benar menyadari kebutuhan sesama, menyediakan diri untuk menolong,
dan sanggup menerima hasrat-hasrat sesamanya sebagai sesuatu hal yang
penting.
2. Tenteram di dalam
Inti sikap seorang hamba adalah ketenteraman. Tunjukkanlah seseorang
yang menganggap dirinya terlalu penting untuk melayani, maka akan kita
lihat seseorang yang hidupnya tidak tenteram. Bagaimana kita
memperlakukan sesama, sesungguhnya mencerminkan bagaimana pandangan kita
tentang diri sendiri.
Hanya pemimpin yang tenteramlahyang memberikan kekuasaan kepada
sesamanya. Demikian pula halnya; hanya seorang yang benar-benar
tenteramlah yang bisa memperlihatkan sikap seorang hamba.
3. Menginisiatifkan pelayanan kepada sesama
Boleh dibilang siapa pun akan melayani kalau terpaksa. Bahkan ada yang
melayani dalam krisis. Tetapi kita bisa benar-benar melihat hati
seseorang yang menginisiatifkan pelayanan kepada sesamanya. Para
pemimpin besar melihat kebutuhannya, memanfaatkan peluangnya, dan
melayani tanpa mengharapkan pamrih apa pun
4. Tidak terlalu mementingkan posisi
Para pemimpin yang bersikap sebagai seorang hamba tidak fokus pada
pangkat atau posisi. Ketika Kolonel Norman Swchwarzkopf melangkah ke
sebuah ladang ranjau, pangkat adalah hal terakhir yang dipikirkannya. Ia
hanyalah seorang individu yang berusaha menolong sesamanya. Justru
menjadi pemimpin malah memberinya perasaan wajib lebih besar dalam
melayani.
5. Melayani karena kasih
Sikap seorang hamba tidak dimotivasikan oleh manipulasi atau promosi
diri, melainkan didorong oleh kasih. Ujung-ujungnya pengaruh dan
kualitas hubungannya tergantung pada kepedulian terhadap sesama.Itulah
sebabnya penting sekali para pemimpin itu bersedia melayani.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar