Setiap manusia normal ingin meraih kehidupan yang baik. Tidak ada
seorang pun yang ingin hidupnya buruk, bahkan selalu berusaha menghindarinya.
Namun konsep hidup yang baik setiap orang berbeda-beda. Kaum materialisme
mencita-citakan hidup yang baik itu dengan berlimpah-ruahnya materi atau
kekayaan duniawi. Kaum hedonis memuja kesenangan serba inderawi. Mereka yang
menganut paham liberalisme mendambakan serba kebebasan hingga tanpa batas.
Pada suatu kali orang-orang kafir Quraisy memperolok umat Islam karena
mempercayai ada kehidupan di akhirat. Bagi mereka kehidupan itu hanya di dunia
dan selesai tidak ada kelanjutannya. karenanya turun wahyu Surat At-Takwir ayat
ke-26 yang berbunyi "fa-aina tadzahabun" ? Maka, hendak kemana kamu
hidup ini ? Nadanya kalimat tanya, tetapi terkandung pernyataan bahwa
orang-orang kafir itu memang tidak jelas hidupnya, mereka tidak memiliki
fondasi dan arah hidup yang pasti.
Lain bagi orang-orang beriman. Orang beriman sangatlah jelas, bahwa
hidup itu untuk beribadah (Adz-Dzariat:56) dan menjalankan kekhalifahan
(Al-Baqarah:30; Hud:61) di muka bumi. Tujuan muslim pun jelas dan pasti, yaitu
meraih keselamatan di dunia dan akhirat, yang muara terakhirnya ialah ridla dan
karunia Allah (Al-Fath:29). Jadi setiap Muslim dan Mukmin harus memiliki dasar,
misi, dan tujuan hidup yang pasti. Bukan hidup sekedar hidup. Bukan sekedar
menjalani kahidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak
setelah kematian.
Karena itu setiap Muslim atau Mukmin
harus mempersiapkan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Modal utamanya adalah
amal shalih yang dilandasi iman, sehingga dapat meraih kehidupan yang baik di
dunia dan akhirat. Allah berfirman : Barang siapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan
Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan (Al-Nahl[16]: 97).
Menurut Ibn Katsir, ayat ini merupakan
janji Allah bagi mereka yang mengerjakan amal shalih disertai iman, yakni
meraih kehidupan yang baik di dunia dan kelak memperoleh pahala berlimpah di
hari akhir. Dalam ayat ini Allah menegaskan makna dan arah hidup Muslim, yakni
meraih hayatan thayyibah dan ajra hasanah. Abu Bakar Jabir
Al-Jazairi dalam kitab Aisyara al-Tafasir (Juz 3: 906) mengartikan "hayatan
thayyibah" sebagai berikut : "fi al-dun-ya bi al-qana'ah wa
al-rizq al-halal wafi al-akhirat hiya hayatan al-jannat", yakni
"Di dunia memperoleh ketenteraman lahir-batin dan rezeki yang halal, serta
di akhirat meraih kehidupan surga".
Dalam ayat tersebut Allah menjanjikan
"hayatan thayyiba" (kehidupan yang baik) dan "ajran hasana"
(pahala yang baik) bagi orang yang beramal shalih dari laki-laki dan perempuan
yang didasarkan iman. Ini harus menjadi niat, usaha, dan cita-cita setiap
Muslim termasuk keluarga-keluarga Muslim. Menurut Quraish Shihab, dalam
"Tafsir Al-Misbah", bahwa kata "thayyib" dipahami sebagai
"bebasnya sesuatu dari segala yang mengeruhkannya". Kehidupan yang
baik berarti "kehidupan yang nyaman dan sejahtera, tidak disentuh oleh
rasa sakit dan sedih". Kehidupan yang baik kata Mufasir ini,
mengisyaratkan hidup yang bersangkutan berbeda dari orang kebanyakan.
Selanjutnya Quraish Shihab memberikan
keterangan sebagai berikut : "Yang perlu digarisbawahi adalah hayatan
thayyiban/kehidupan yang baik itu bukan berarti kehidupan yang mewah yang
luput dari ujian, tetapi ia adalah kehidupan yang diliputi oleh rasa lega,
kerelaan, serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat
Allah. Dengan demikian, yang bersangkutan tidak merasakan takut yang mencekam,
atau kesedihan yang melampaui batas, karena dia selalu menyadari bahwa pilihan
Allah SWT adalah yang terbaik, dan dibalik segala sesuatu ada ganjaran yang
menanti. Seorang yang durhaka, walau kaya, dia tidak pernah merasa puas, selalu
ingin menambah sehingga selalu merasa miskin, dan selalu diliputi oleh
kegelisahan, rasa takut tentang masa depan, dan dari lingkungannya. Dari sini
dia tidak menikmati kehidupan yang baik. Masih ada sekian pendapat
tentang makna kehidupan yang baik dimaksud. Misalnya, kehidupan di
surga kelak, atau di alam Barzah, atau kehidupan yang diwarnai oleh qana'ah
(rasa puas dalam perolehan), atau rezeki yang halal.. Makna-makna tersebut
merupakan bagian dari kehidupan yang baik. Siapa pun yang memperoleh kehidupan
yang baik, niscaya dia akan memperoleh semua yang disebutkan itu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar