Rabu, 22 Agustus 2012

Kehidupan yang baik

Diposting oleh    di    Tidak ada komentar:
 

Setiap manusia normal ingin meraih kehidupan yang baik. Tidak ada seorang pun yang ingin hidupnya buruk, bahkan selalu berusaha menghindarinya. Namun konsep hidup yang baik setiap orang berbeda-beda. Kaum materialisme mencita-citakan hidup yang baik itu dengan berlimpah-ruahnya materi atau kekayaan duniawi. Kaum hedonis memuja kesenangan serba inderawi. Mereka yang menganut paham liberalisme mendambakan serba kebebasan hingga tanpa batas.

Pada suatu kali orang-orang kafir Quraisy memperolok umat Islam karena mempercayai ada kehidupan di akhirat. Bagi mereka kehidupan itu hanya di dunia dan selesai tidak ada kelanjutannya. karenanya turun wahyu Surat At-Takwir ayat ke-26 yang berbunyi "fa-aina tadzahabun" ? Maka, hendak kemana kamu hidup ini ? Nadanya kalimat tanya, tetapi terkandung pernyataan bahwa orang-orang kafir itu memang tidak jelas hidupnya, mereka tidak memiliki fondasi dan arah hidup yang pasti. 

Lain bagi orang-orang beriman. Orang beriman sangatlah jelas, bahwa hidup itu untuk beribadah (Adz-Dzariat:56) dan menjalankan kekhalifahan (Al-Baqarah:30; Hud:61) di muka bumi. Tujuan muslim pun jelas dan pasti, yaitu meraih keselamatan di dunia dan akhirat, yang muara terakhirnya ialah ridla dan karunia Allah (Al-Fath:29). Jadi setiap Muslim dan Mukmin harus memiliki dasar, misi, dan tujuan hidup yang pasti. Bukan hidup sekedar hidup. Bukan sekedar menjalani kahidupan di dunia saja, tetapi juga untuk kehidupan di akhirat kelak setelah kematian. 

Karena itu setiap Muslim atau Mukmin harus mempersiapkan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Modal utamanya adalah amal shalih yang dilandasi iman, sehingga dapat meraih kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Allah berfirman : Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (Al-Nahl[16]: 97).

Menurut Ibn Katsir, ayat ini merupakan janji Allah bagi mereka yang mengerjakan amal shalih disertai iman, yakni meraih kehidupan yang baik di dunia dan kelak memperoleh pahala berlimpah di hari akhir. Dalam ayat ini Allah menegaskan makna dan arah hidup Muslim, yakni meraih hayatan thayyibah dan ajra hasanah. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi dalam kitab Aisyara al-Tafasir (Juz 3: 906) mengartikan "hayatan thayyibah" sebagai berikut : "fi al-dun-ya bi al-qana'ah wa al-rizq al-halal wafi al-akhirat hiya hayatan al-jannat", yakni "Di dunia memperoleh ketenteraman lahir-batin dan rezeki yang halal, serta di akhirat meraih kehidupan surga".

Dalam ayat tersebut Allah menjanjikan "hayatan thayyiba" (kehidupan yang baik) dan "ajran hasana" (pahala yang baik) bagi orang yang beramal shalih dari laki-laki dan perempuan yang didasarkan iman. Ini harus menjadi niat, usaha, dan cita-cita setiap Muslim termasuk keluarga-keluarga Muslim. Menurut Quraish Shihab, dalam "Tafsir Al-Misbah", bahwa kata "thayyib" dipahami sebagai "bebasnya sesuatu dari segala yang mengeruhkannya". Kehidupan yang baik berarti "kehidupan yang nyaman dan sejahtera, tidak disentuh oleh rasa sakit dan sedih". Kehidupan yang baik kata Mufasir ini, mengisyaratkan hidup yang bersangkutan berbeda dari orang kebanyakan.

Selanjutnya Quraish Shihab memberikan keterangan sebagai berikut : "Yang perlu digarisbawahi adalah hayatan thayyiban/kehidupan yang baik itu bukan berarti kehidupan yang mewah yang luput dari ujian, tetapi ia adalah kehidupan yang diliputi oleh rasa lega, kerelaan, serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat Allah. Dengan demikian, yang bersangkutan tidak merasakan takut yang mencekam, atau kesedihan yang melampaui batas, karena dia selalu menyadari bahwa pilihan Allah SWT adalah yang terbaik, dan dibalik segala sesuatu ada ganjaran yang menanti. Seorang yang durhaka, walau kaya, dia tidak pernah merasa puas, selalu ingin menambah sehingga selalu merasa miskin, dan selalu diliputi oleh kegelisahan, rasa takut tentang masa depan, dan dari lingkungannya. Dari sini dia tidak menikmati kehidupan yang baik. Masih ada sekian pendapat tentang makna kehidupan yang baik dimaksud. Misalnya, kehidupan di surga kelak, atau di alam Barzah, atau kehidupan yang diwarnai oleh qana'ah (rasa puas dalam perolehan), atau rezeki yang halal.. Makna-makna tersebut merupakan bagian dari kehidupan yang baik. Siapa pun yang memperoleh kehidupan yang baik, niscaya dia akan memperoleh semua yang disebutkan itu".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Budayakan Kebersamaan All Right Reserved
Designed by OddThemes