Jika Kita melihat sesuatu,
mampukanlah diri Kita untuk melihat yang di baliknya,
karena jika tidak – itulah yang
akan menjadi batas pandangan Kita.
Saat Kita melihat
gaji dan pendapatan Kita, mampukanlah diri Kita untuk melihat diri
Kita yang dihargai lebih tinggi, di masa depan yang dekat.
Jika tidak,
kita akan mulai berlaku tidak damai karena Kita melihat merangseknya biaya hidup yang pasti naik, menuju pendapatan yang kecil kemungkinannya untuk naik.
kita akan mulai berlaku tidak damai karena Kita melihat merangseknya biaya hidup yang pasti naik, menuju pendapatan yang kecil kemungkinannya untuk naik.
Saat Kita
melihat pangkat dan kedudukan Kita, mampukanlah diri Kita untuk melihat
diri sebagai pribadi yang berpangkat dan berkedudukan tinggi, di masa
depan yang dekat.
Jika tidak,
Kita akan mulai berlaku tidak damai karena Kita melihat masa depan yang hanya diperintah dan disuruh oleh orang-orang yang belum tentu berkualitas – tetapi yang pangkat dan kedudukannya lebih tinggi daripada Kita.
Kita akan mulai berlaku tidak damai karena Kita melihat masa depan yang hanya diperintah dan disuruh oleh orang-orang yang belum tentu berkualitas – tetapi yang pangkat dan kedudukannya lebih tinggi daripada Kita.
………..
Apa itu?
Tentunya Kita semua tahu akan hal itu…
Terus,
bagaimana?
Mana mungkin gaji dan pangkat bisa berubah begitu cepat?
Kan nggak mudah?
Bicaranya sih gampang, tapi khan prakteknya tidak semudah itu?
itu sudah pasti tertanam secara perlahan dalam fikiran Kita.
Mana mungkin gaji dan pangkat bisa berubah begitu cepat?
Kan nggak mudah?
Bicaranya sih gampang, tapi khan prakteknya tidak semudah itu?
itu sudah pasti tertanam secara perlahan dalam fikiran Kita.
………..
Dan batin kita kan menjawab,
Betul sekali, memang tidak mudah.
Dan batin kita kan menjawab,
Betul sekali, memang tidak mudah.
Bagi siapa yang
biasa melihat kemampuan
Kita hari ini sebagai batas, dan
tidak biasa menyegerakan membangun kemampuan berikutnya,
akan melihat kemampuannya sekarang sebagai batasan bagi
kemungkinannya.
Sehingga, apa pun
yang membutuhkan kemampuan yang
lebih besar daripada kemampuannya saat ini, akan dilihatnya
sebagai tidak mungkin.
Dan yang
membuat Kita semakin tidak damai,
adalah reaksi otomatis kita untuk membandingkan
kelemahan Kita terhadap kekuatan orang lain, dan kekurangannya
terhadap kelebihan orang lain.
Bukankah mengambil pelajaran dari kekuatan orang
lain – untuk memperbaiki kelemahan Kita,
jangan memprotes Allah yang telah memudahkan
kekuatan bagi orang lain, dan mempersulit diri kita.
Dan
bukannya mengikhlaskan
diri untuk meniru cara-cara yang menjadikan orang lain
lebih mampu, malah mencurigai keberhasilan orang lain
sebagai keberuntungan yang didapat dengan tidak jujur.
Kemudian menyimpulkan
bahwa Allah telah menetapkan rezekinya, walau apa pun
yang akan Kita lakukan.
Dan
kita merasa betul lagi, meskipun tetap salah.
Jika
kemampuan yang Kita risaukan sebagai batas, Allah memang mungkin menetapkan batas
rezeki bagi tingkat keikhlasan dalam kemampuannya saat ini.
Tetapi, sekecil-kecilnya kemampuan akan diijinkan oleh Allah sebagai jalur masuk bagi sebesar-besarnya
rezeki kepada jiwa yang tinggi kualitas penyerahan
diri kepada Allah.
Jika
kita menyangka bahwa Allah membatasi, maka kita akan berperilaku
seperti sudah dibatasi.
Jika kita
ikhlas menyerahkan kepemimpinan hidup kepada Allah, maka
siapakah yang hidupnya akan terbatasi
jika kita dipimpin langsung oleh Allah ?
Lalu apakah janji kemuliaan
bagi orang yang menggunakan kemarahan atau kesedihan
sebagai tenaga utama hidupnya ?
Lalu apakah
yang akan didapat oleh orang yang berharap dari yang
selain Allah, dan menjadikan Allah seolah tidak berdaya di
hadapan perhitungan-perhitungan karangan manusia yang
tidak berpengetahuan tentang kekayaan langit ?
Siapa pun
yang tidak berpengetahuan tentang rezeki, akan berezeki baik jika dia
menyerahkan kepemimpinan pikiran, hati, dan tindakannya kepada Allah Yang
Maha Mulia.
Rezeki bukanlah hanya harta.
Rezeki adalah kemuliaan.
Rezeki adalah kemuliaan.
Rezeki
adalah harta yang mulia.
Dan ...
Selalu ingatlah,
… bukan jumlahnya, tetapi cara kita.
Marilah
sekarang kita simpulkan,
Apa pun yang
berada di atas kemampuan kita, akan menjadi sesuatu yang
tidak mungkin – selama kita tidak membangun kemampuan baru.
Dengannya,
Semua hal yang
tidak mungkin, adalah tidak mungkin bagi yang belum memampukan diri.
Bagi yang
kemampuannya baru, kemungkinannya juga baru.
Sehingga,
Setiap kali kita
mengatakan ’tidak mungkin’, katakanlah itu dengan humor.
Karena,
segera setelah Kita membangun kemampuan yang sesuai, yang
tadinya tidak mungkin – menjadi sesuatu yang wajar.
Dan
tahukah Kita yang terjadi setelah itu?
Lebih banyak hal yang
akan menjadi mungkin, dan yang tidak mungkin bagi Kita – naik
kelas menjadi ketidak-mungkinan yang lebih terhormat.
………..
Mari
lakukanlah yang terbaik.
Janganlah lagi menyisakan tenaga untuk
hal-hal yang tidak berguna.
Jika
masih ada kualitas pribadi yang tidak
Kita gunakan bagi pembaikan kehidupan, untuk
apakah sisa kualitas yang tidak
Kita gunakan sekarang itu?
Bertenagalah
dengan seutuh-utuhnya tenaga Kita.
Karena,
Saat Kita
mengambil alih tanggung-jawab kepemimpinan hidup Kita
dengan sepenuhnya, adalah saat Kita membuat terobosan kehidupan
yang sebenarnya.
Kita
harus melakukan pekerjaan yang memberhasilkan diri kita sendiri.
Kita tidak boleh menggantungkan harapan kebaikan hidup kita pada yang dikerjakan oleh orang lain.
Kita tidak boleh menggantungkan harapan kebaikan hidup kita pada yang dikerjakan oleh orang lain.
Kita harus
memberhasilkan diri kita sendiri.
Kenalilah apa yang
TIDAK bisa Kita lakukan,
kemudian buktikan bahwa kita betul-betul TIDAK DAPAT
melakukannya.
Dalam proses itu Kita akan
dikagumkan dengan semua hal yang TERNYATA berada dalam kemampuan
Kita untuk melakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar