Senin, 23 Juli 2012

Hidup Kita Ditentukan Oleh Bagaimana Pandangan Kita

Diposting oleh    di    Tidak ada komentar:
 

Jika Kita melihat sesuatu, mampukanlah diri Kita untuk melihat yang di baliknya, karena jika tidak – itulah yang akan menjadi batas pandangan Kita.
Saat Kita melihat gaji dan pendapatan Kita, mampukanlah diri Kita untuk melihat diri Kita yang dihargai lebih tinggi, di masa depan yang dekat.
Jika tidak,
kita akan mulai berlaku tidak damai karena Kita melihat merangseknya biaya hidup yang pasti naik, menuju pendapatan yang kecil kemungkinannya untuk naik.
Saat Kita melihat pangkat dan kedudukan Kita, mampukanlah diri Kita untuk melihat diri sebagai pribadi yang berpangkat dan berkedudukan tinggi, di masa depan yang dekat.
Jika tidak,
Kita akan mulai berlaku tidak damai karena Kita melihat masa depan yang hanya diperintah dan disuruh oleh orang-orang yang belum tentu berkualitas – tetapi yang pangkat dan kedudukannya lebih tinggi daripada Kita.
………..
Apa itu?
Tentunya Kita semua tahu akan hal itu…
Terus, bagaimana?
Mana mungkin gaji dan pangkat bisa berubah begitu cepat?
Kan nggak mudah?
Bicaranya sih gampang, tapi khan prakteknya tidak semudah itu?
itu sudah pasti tertanam secara perlahan dalam fikiran Kita.
………..
Dan batin kita kan menjawab,
Betul sekali, memang tidak mudah.
Bagi siapa yang biasa melihat kemampuan Kita hari ini sebagai batas, dan tidak biasa menyegerakan membangun kemampuan berikutnya, akan melihat kemampuannya sekarang sebagai batasan bagi kemungkinannya.
Sehingga, apa pun yang membutuhkan kemampuan yang lebih besar daripada kemampuannya saat ini, akan dilihatnya sebagai tidak mungkin.
Dan yang membuat Kita semakin tidak damai, adalah reaksi otomatis kita untuk membandingkan kelemahan Kita terhadap kekuatan orang lain, dan kekurangannya terhadap kelebihan orang lain.
Bukankah mengambil pelajaran dari kekuatan orang lain – untuk memperbaiki kelemahan Kita, jangan memprotes Allah yang telah memudahkan kekuatan bagi orang lain, dan mempersulit diri kita.
Dan bukannya mengikhlaskan diri untuk meniru cara-cara yang menjadikan orang lain lebih mampu, malah mencurigai keberhasilan orang lain sebagai keberuntungan yang didapat dengan tidak jujur.
Kemudian menyimpulkan bahwa Allah telah menetapkan rezekinya, walau apa pun yang akan Kita lakukan.
Dan kita merasa betul lagi, meskipun tetap salah.
Jika kemampuan yang Kita risaukan sebagai batas, Allah memang mungkin menetapkan batas rezeki bagi tingkat keikhlasan dalam kemampuannya saat ini. Tetapi, sekecil-kecilnya kemampuan akan diijinkan oleh Allah sebagai jalur masuk bagi sebesar-besarnya rezeki kepada jiwa yang tinggi kualitas penyerahan diri kepada Allah.
Jika kita menyangka bahwa Allah membatasi, maka kita akan berperilaku seperti sudah dibatasi.
Jika kita ikhlas menyerahkan kepemimpinan hidup kepada Allah, maka siapakah yang hidupnya akan terbatasi jika kita dipimpin langsung oleh Allah ?

Lalu apakah janji kemuliaan bagi orang yang menggunakan kemarahan atau kesedihan sebagai tenaga utama hidupnya ?
Lalu apakah yang akan didapat oleh orang yang berharap dari yang selain Allah, dan menjadikan Allah seolah tidak berdaya di hadapan perhitungan-perhitungan karangan manusia yang tidak berpengetahuan tentang kekayaan langit ?
Siapa pun yang tidak berpengetahuan tentang rezeki, akan berezeki baik jika dia menyerahkan kepemimpinan pikiran, hati, dan tindakannya kepada Allah Yang Maha Mulia.
Rezeki bukanlah hanya harta.
Rezeki adalah kemuliaan.
Rezeki adalah harta yang mulia.

Dan ...
Selalu ingatlah, … bukan jumlahnya, tetapi cara kita.

Marilah sekarang kita simpulkan,
Apa pun yang berada di atas kemampuan kita, akan menjadi sesuatu yang tidak mungkin – selama kita tidak membangun kemampuan baru.
Dengannya,
Semua hal yang tidak mungkin, adalah tidak mungkin bagi yang belum memampukan diri.
Bagi yang kemampuannya baru, kemungkinannya juga baru.
Sehingga,
Setiap kali kita mengatakan ’tidak mungkin’, katakanlah itu dengan humor.
Karena, segera setelah Kita membangun kemampuan yang sesuai, yang tadinya tidak mungkin – menjadi sesuatu yang wajar.
Dan tahukah Kita yang terjadi setelah itu?
Lebih banyak hal yang akan menjadi mungkin, dan yang tidak mungkin bagi Kita – naik kelas menjadi ketidak-mungkinan yang lebih terhormat.
………..
Mari lakukanlah yang terbaik.
Janganlah lagi menyisakan tenaga untuk hal-hal yang tidak berguna.
Jika masih ada kualitas pribadi yang tidak Kita gunakan bagi pembaikan kehidupan, untuk apakah sisa kualitas yang tidak Kita gunakan sekarang itu?
Bertenagalah dengan seutuh-utuhnya tenaga Kita.
Karena,
Saat Kita mengambil alih tanggung-jawab kepemimpinan hidup Kita dengan sepenuhnya, adalah saat Kita membuat terobosan kehidupan yang sebenarnya.
Kita harus melakukan pekerjaan yang memberhasilkan diri kita sendiri.
Kita tidak boleh menggantungkan harapan kebaikan hidup kita pada yang dikerjakan oleh orang lain.
Kita harus memberhasilkan diri kita sendiri.
Kenalilah apa yang TIDAK bisa Kita lakukan, kemudian buktikan bahwa kita betul-betul TIDAK DAPAT melakukannya.
Dalam proses itu Kita akan dikagumkan dengan semua hal yang TERNYATA berada dalam kemampuan Kita untuk melakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Budayakan Kebersamaan All Right Reserved
Designed by OddThemes